Berita

Memaknai Peringatan Sumpah Pemuda, Kembali pada Penguatan Persatuan dan Kesatuan (Oleh : Pamuji S)

Seringkali kita mendengar gaung untuk bersatu. Sebesar apa esensi bersatu sehingga banyak orang yang meyakini bahwa persatuan mempunyai kekuatan yang besar atau punya peran yang dasyat dalam kehidupan.

Sebagai seorang muslim, kita mengetahui bahwa Allah SWT menyerukan persatuan dan kesatuan. Sebagaimana firmanNya pada Al Quran Surat Ali ‘Imron : 103.

 “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Q.S. Ali ‘imran/3:103).

Di dalam kitab tafsirnya yang dikenal sebagai Tafsir al-Baghawi, juz 2, halaman 103, al-Baghawi (w. 516 H) menjelaskan mengenai urgensi persatuan sebagaimana tersirat dari Surat Ali Imran [3] ayat 103 di atas. Di dalam penafsirannya yang memgambil riwayat dari Ibnu Mas'ud, beliau mengatakan : “(wa’tashimu bi habli al-lahi jami’an). Makna al-hablu (dalam ayat ini) adalah suatu sebab yang bisa mengantarkan pada tercapainya cita-cita. Iman dinisbatkan maknanya dengan tali karena iman merupakan sebab bagi tercapainya tujuan, yaitu hilangnya rasa takut/kekhawatiran. Para ulama tafsir bersilang pendapat mengenai maknanya dalam hal ini. Ibnu Abbas berkata: “berpegang teguhlah kalian kepada agama Allah”. Ibnu Mas’ud berkata: “al-habl itu adalah jama’ah. Lebih jauh ia menjelaskan: (seolah ayat bermakna) Wajib atas kalian berjamaah. Karena sesungguhnya jamaah merupakan tali Allah yang dengannya Allah menyampaikan perintah. Sesungguhnya sesuatu yang kalian benci bersama jama’ah dan ketaatan adalah lebih baik dibanding dengan sesuatu yang kalian benci dalam kondisi perpecahan/tercerai berai” (Abu Muhammad al-Husayn ibn Mas'ud ibn Muhammad al-Farra' al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi, Tanpa Nama Kota: Dar al-Taybah, 1997, juz 2, halaman 103). (Dikutip dari  https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-ali-imran-103-urgensi-persatuan-dan-bahaya-perpecahan-cJ8yq)

Dari tafsir diatas dapat dikatakan bahwa berjamaah (bersatu) merupakan kewajiban. Persatuan dapat menjadi suatu sebab yang bisa mengantarkan pada tercapainya cita-cita. Dengan bersatu akan menimbulkan semangat kebersamaan, ikatan batin dan menjadi pendorong ikatan rasa kasih sayang yang kuat. Sehingga terjalin tali persaudaraan yang dapat memberikan semangat untuk saling bahu membahu dan tolong menolong mewujudkan cita-cita bersama dalam segala segi kehidupan. Baik kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat bahkan dalam lingkup kecil seperti berkeluarga.

Sebaliknya bercerai berai merupakan salah satu penyebab hancurnya cita-cita. Sebagai contoh jika kita mengamati sebab-sebab perjuangan bangsa Indonesia di masa sebelum semangat persatuan tinggi. Di masa penjajah melakukan politik adu domba. Seringkali perjuangan menuju kemerdekaan gagal karena kekuatan kalah dengan kekuatan penjajah. Dengan politik adu domba pejuang dibuat saling berperang diantara mereka sendiri. Sehingga dengan sendirinya kekuatan pejuang lemah karena berpecah belah. Akibatnya mudah untuk dikalahkan.

Kembali memaknai semangat hari sumpah pemuda, mari kita jaga, kita kuatkan persatuan dan kesatuan agar cita-cita bangsa, negara, masyarakat dapat tercapai. Termasuk semangat kebersamaan, persatuan dan kesatuan di sekolah agar cita-cita sekolah tercapai.