Seringkali kita mendengar gaung untuk bersatu. Sebesar
apa esensi bersatu sehingga banyak orang yang meyakini bahwa persatuan
mempunyai kekuatan yang besar atau punya peran yang dasyat dalam kehidupan.
Sebagai seorang muslim, kita mengetahui bahwa Allah
SWT menyerukan persatuan dan kesatuan. Sebagaimana firmanNya pada Al Quran
Surat Ali ‘Imron : 103.
“Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Q.S. Ali
‘imran/3:103).
Di dalam kitab tafsirnya
yang dikenal sebagai Tafsir al-Baghawi, juz 2, halaman 103, al-Baghawi (w. 516
H) menjelaskan mengenai urgensi persatuan sebagaimana tersirat dari Surat Ali
Imran [3] ayat 103 di atas. Di dalam penafsirannya yang memgambil riwayat dari
Ibnu Mas'ud, beliau mengatakan : “(wa’tashimu bi habli al-lahi jami’an). Makna
al-hablu (dalam ayat ini) adalah suatu sebab yang bisa mengantarkan pada tercapainya cita-cita. Iman dinisbatkan
maknanya dengan tali karena iman merupakan sebab bagi tercapainya tujuan, yaitu
hilangnya rasa takut/kekhawatiran. Para ulama tafsir bersilang pendapat
mengenai maknanya dalam hal ini. Ibnu Abbas berkata: “berpegang teguhlah kalian
kepada agama Allah”. Ibnu Mas’ud berkata: “al-habl itu adalah jama’ah. Lebih
jauh ia menjelaskan: (seolah ayat bermakna) Wajib atas kalian berjamaah. Karena
sesungguhnya jamaah merupakan tali Allah yang dengannya Allah menyampaikan
perintah. Sesungguhnya sesuatu yang kalian benci bersama jama’ah dan ketaatan
adalah lebih baik dibanding dengan sesuatu yang kalian benci dalam kondisi
perpecahan/tercerai berai” (Abu Muhammad al-Husayn ibn Mas'ud ibn Muhammad
al-Farra' al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi, Tanpa Nama Kota: Dar al-Taybah, 1997,
juz 2, halaman 103). (Dikutip dari https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-ali-imran-103-urgensi-persatuan-dan-bahaya-perpecahan-cJ8yq)
Dari tafsir diatas dapat
dikatakan bahwa berjamaah (bersatu) merupakan kewajiban. Persatuan dapat
menjadi suatu sebab yang bisa mengantarkan pada tercapainya cita-cita. Dengan
bersatu akan menimbulkan semangat kebersamaan, ikatan batin dan menjadi
pendorong ikatan rasa kasih sayang yang kuat. Sehingga terjalin tali
persaudaraan yang dapat memberikan semangat untuk saling bahu membahu dan
tolong menolong mewujudkan cita-cita bersama dalam segala segi kehidupan. Baik
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat bahkan dalam lingkup kecil
seperti berkeluarga.
Sebaliknya bercerai berai
merupakan salah satu penyebab hancurnya cita-cita. Sebagai contoh jika kita
mengamati sebab-sebab perjuangan bangsa Indonesia di masa sebelum semangat
persatuan tinggi. Di masa penjajah melakukan politik adu domba. Seringkali
perjuangan menuju kemerdekaan gagal karena kekuatan kalah dengan kekuatan
penjajah. Dengan politik adu domba pejuang dibuat saling berperang diantara
mereka sendiri. Sehingga dengan sendirinya kekuatan pejuang lemah karena
berpecah belah. Akibatnya mudah untuk dikalahkan.
Kembali memaknai semangat
hari sumpah pemuda, mari kita jaga, kita kuatkan persatuan dan kesatuan agar
cita-cita bangsa, negara, masyarakat dapat tercapai. Termasuk semangat
kebersamaan, persatuan dan kesatuan di sekolah agar cita-cita sekolah tercapai.